Kumpulan Kata-kata Mutiara

November 15, 2008

Ia yang memaafkan mengakhiri pertengkaran
(Pepatah Afrika)

Bila Tuhan tidak berkenan mengampuni dosa, sorga akan kosong.
(Pepatah Jerman)

Keberhasilan dan kebahagiaan ada di dalam dirimu. Keadaan jasmanimu adalah kebetulan dalam kehidupanmu, kenyataan besar yang kekal adalah kasih dan pelayanan.
(Helen Keller)

Akhir yang sesungguhnya dari setiap kehidupan adalah mengenal kehidupan yang takkan berakhir
(William Penn)

Aku tidak akan menaruh nilai kepada apa saja yang ada padaku atau apa yang boleh aku miliki, kecuali dalam hubungannya dengan kerajaan Kristus.
(David Livingstone)

Alkitab memberikan kepada kita suatu pengharapan yang dapat terjangkau oleh yang paling lemah dan hina, namun juga begitu tinggi sehingga yang paling baik dan luhurpun masih harus menengadahkan wajahnya keatas.
(Wm. Jennings Bryan)

Burung-burung masih dapat bernyanyi walaupun diatas dahan tang kering. Hai orang percaya, apakah engkau tidak dapat berbuat yang sama ?
(Charles H. Spurgeon)

Lebih baik kepalaku yang dipenggal dari pada lututku bertelut kepada yang lain dari pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
(William Shakespeare)

Tuhan memiliki dua tempat tinggal ; yang satu didalam sorga dan yang lain di dalam hati yang paling rendah dan bersyukur.
(Izaak Walton)

Berdoalah seakan-akan kerja tidak akan menolong, dan bekerjalah seakan-akan doa tidak akan menolong.
(Pepatah Jerman)

Mati dengan iman tidaklah begitu sulit, yang lebih sulit ialah hidup berdasarkan iman itu.
(W. M. Thackeray)

Iman yang kecilpun akan membawa jiwamu ke sorga ; tetapi iman yang besar akan membawa sorga kedalam jiwamu.
(Charles H. Spurgeon)

Tuhan telah mengaruniakan beberapa karunia kepada seluruh umat manusia tanpa mengecualikan seorangpun.
(Seneca)

Permulaan kekhawatiran adalah akhir iman, dan permulaan iman yang benar adalah akhir kekhawatiran.
(George Muller)

Engkau telah menyentuh diriku dan aku telah Kau hantarkan ke dalam damai sejahterMu

(St. Augustine)

Bila Tuhan memasukkan anak-anak’Nya dalam perapian, Ia akan berada disana juga bersama-sama dengan mereka.

(C.H Spurgeon)

Semua bangunan pengetahuan akan runtuh bagaikan puing-puing yang tidak berguna, dihadapan satu kata – IMAN –

(Napoleon Bonaparte)

Seringkali aku terdorong bertekuk lutut dihadapan Tuhan oleh suatu keyakinan kuat, yaitu bahwa tiada tempat lain yang tepat bagiku.

(Abraham Lincoln)

Doa adalah dinding yang kokoh dan benteng gereja, ia merupakan senjata Kristen yang ampuh.

(Marthin Luther)

Dengan iman yang teguh sebagai mereka yang berada di tepi laut Syria mendengarkan panggilan Bapa ; Biarlah kita seperti mereka tanpa bertutur sepatah kata bangkit dan mengikut Dia saja

(John Greenleat Whittier)

Mereka yang tidak berani berdiri diatas kebenaran walaupun hanya berdua atau bertiga adalah budak belaka.

(James Russel Lowwel)

Kuatkanlah dirimu. Sangatlah indah untuk bercakap-cakap dengan Tuhan ; Kita berjalan dalam padang belantara hari ini dan di tanah perjanjian besok pagi.

(Dwigth L Moody)

segala sesuatu yang aku lihat mengajar aku untuk mempercayai Penciptaku untuk segala sesuatu yang belum aku lihat.

(Ralp Waldo Emerson)

Berhati-hatilah agar engkau tidak putus ada terhadap dirimu sendiri, engkau diperintah untuk percaya kepada Tuhan bukan kepada dirimu sendiri.

(St. Augustine)

Kasih akan sorga membuat seseorang bersikap sebagai penghuni sorga

(William Shakespeare)


Polycarp (Abad ke-2)

April 21, 2008

Sebuah contoh kasih dan kesetiaan Tuhan

” Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita ! Sesungguhnya iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai… Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10)

Ayat ini menyingkapkan pesan yang Yesus ingin sampaikan kepada para pemimpin dan jemaat di Smyrna, untuk menunjukkan kepada gereja ini bahwa mereka akan mengalami penganiayaan hebat, namun diperintahkan untuk tetap berdiri teguh pada janji-janji Tuhan.
Pada tahun 168 Masehi, seorang bernama Polycarp menjadi martir. Polycarp merupakan pemimpin gereja di Smyrna, dan salah satu Rasul Kristen terakhir. Ia belajar dibawah bimbingan Rasul Yohanes dan lainnya yang telah mengenal Yesus secara pribadi. Jika kita melihat kejadian menjelang kematian Polycarp, kita dapat melihat sebuah contoh dan kasih kesetiaan Tuhan kepada umat-Nya. Tuhan menggunakan Polycarp untuk mendemonstrasikan kasih-Nya kepada jiwa-jiwa tersesat.

Gereja Smyrna terasa damai dalam pemerintahan Kaisar Antonius Pius (138-161) tetapi penganiayaan meningkat di sekitar Smyrna. Ketika 12 orang Kristen dimangsakan kepada singa, orang-orang menuntut agar Polycarp ditangkap. Mereka menyatakan bahwa Polycarp adalah bapak orang Kristen, pemusnah para ilah, mengajar orang-orang untuk tidak mempersembahkan korban atau mengadakan pemujaan.”

Saat Polycarp mengetahui bahwa para penganiayanya akan bersiap-siap menahannya, sahabat-sahabatnya menyembunyikan dirinya di sebuah desa. Namun usaha mereka gagal, para tentara Roma menemukan Polycarp. Polycarp menyalami penangkapannya dengan hangat dan menawarkan memberikan mereka makan. Saat mereka makan, ia minta waktu sejam untuk berdoa sebelum mereka membawanya untuk dieksekusi. Ia berdoa dengan penuh kesungguhan hati dengan harapan para tentara Roma tersebut tidak membawanya pergi.

Namun, akhirnya ia dibawa dengan keledai menuju kota ke hadapan komandan militer Roma. Tuhan begitu setia kepada Polycarp saat ia berjalan menuju tempat pengeksekusian. Kehadiran Roh Kudus begitu nyata dalam penderitaan Polycarp, saat ia memasuki amphitheater, ia mendengar suara dari langit berkata, ” Kuatlah, ohh,.. Polycarp. Beranilah dalam pengakuanmu, dan dalam penderitaan yang menantimu.” Sekalipun kekacauan melanda Polycarp, suara Tuhan terdengar jelas sebagai kata-kata yang menguatkan.

Didepan komandan itu ia dipaksa menyangkal imannya . “Hargailah usiamu yang tua. Bersumpahlah demi ketuhanan kaisar. Bertobatlah dan katakan ‘ Persetan dengan para atheis karena mereka menolak.’ (Orang-orang Kristen disebut atheis karena mereka menolak mengakui kaisar sebagai tuhan). Dengan serius Polycarp menuding kerumunan orang tak percaya dan berkata, “Persetan dengan para atheis..!!!” Komandan mendesaknya caci makilah Kristus .”

Para pejabat juga memberinya kesempatan terakhir untuk menyangkal Tuhan, tapi jawabnya “Saya telah melayani Kristus selama delapan puluh enam tahun , dan Ia tidak pernah menyakiti saya. Bagaimana saya dapat mengingkari Raja saya, Raja yang menjaga saya dari segala hal yang jahat sampai sekarang, dan menebus saya dalam kesetian-Nya ?”
Akhirnya, Polycarp diikat disebuah tonggak kayu. Sebelum para pengeksekusi menyalakan api, ia menaikkan doa terakhir. Setelah itu, kobaran api segera mengelilinginya. Namun Polycarp tidak terbakar. Sebagai usaha terakhir si pengeksekusi menusukkan pedang ke jantung Polycarp, hal ini menyebabkan banyak darahnya yang tertumpah, darah tersebut memadamkan api yang sedang berkobar.

Kematian Polycarp menunjukkan kepada kita bagaimana Tuhan senantiasa memberikan kemurahan bagi mereka yang berada ditengah-tengah penganiayaan, bahkan berada dalam kematian. Hal tersebut menunjukkan bahwa saat penganiayaan ada dimana-mana, kasih dan kesetiaan Tuhan tetap mengikat kita.


Dikutip dari :
The Hidden Stones in Our Foundation


John Lambert (1558 M)

April 21, 2008

Karena Raja Henry (1509-1547) diharuskan mempunyai seorang keturunan laki-laki untuk menggantikannya, hal tersebut dijadikannya alasan untuk bercerai dan menikah lagi, dan melawan keyakinan Roma yang dianutnya. Pemerintahan Henry bersamaan dengan terjadinya peristiwa yang menggemparkan dunia – gerakan Reformasi Protestan – Peristiwa ini mendorong Henry melakukan penganiayaan atas orang-orang protestan yang menolak doktrin agama yang ditetapkan oleh gereja Inggris saat itu. Ia khawatir bahwa orang-orang tersebut dapat melemahkan kerajaannya.
John Lambert lahir di Inggris awal tahun 1500’an, dan mempelajari bahasa Yunani dan Latin di Cambridge, karena tidak sesuai dengan iklim agamawi dan politik yang bersifat menindas saat itu, ia pergi ke Eropa. Disana ia menghabiskan waktunya bersama dengan William Tyndale. Namun pejabat pemerintahaan Inggris mengantarkannya kembali ke negaranya. Kepala uskup Canterbury menanyakan agama keyakinan dan aktifitasnya. Akhirnya situasi politik berubah dan ia dibebaskan, dan untuk sementara ia dilupakan. Ia tinggal diLondon dan mengajar anak-anak bahasa Yunani dan latin.
Pada tahun 1538, Lambert mendengar sebuah khotbah yang sangat mengusik dirinya. Diam-diam ia mendekati pengkhotbah tersebut dan menanyakan apakah ia bersedia berdiskusi dengannya secara pribadi. Lambert berharap dapat mengubah pikiran pengkhotbah itu berdasarkan Injil. Berita penolakan Lambert tersebar cepat dan terdengar oleh kepala uskup Canterbury. Akhirnya Lambert terpaksa melakukan pembelaan dirinya.
Dengan ditonton banyak orang, Lambert dibawa ke hadapan Raja Henry dan majelis uskup, para pengacara, ahli hukum, dan masyarakat lainnya. Saat ia melakukan pembelan atas pendapatnya, ia diserang karena dianggap kurang ajar terhadap atasannya. Pejabat pemerintahan menekan argumen yang yang dikemukakannya tanpa belas kasihan sampai saat Henry yang mulai lelah mengajukan pertanyaan kepada Lambert, “Setelah semua usaha yang telah kamu lakukan, dan semua alasan dan instruksi yang diajukan orang-orang ini, apakah kamu sudah puas ? manakah yang kamu pilih, hidup atau mati ? apa yang akan kamu katakan ?… ”
Lambert menjawab, “Jiwaku kuserahkan dalam tangan Tuhan, namun tubuhku kuberikan seluruhnya kepada kemurahan hati anda,” Henry mengatakan : “Jika kamu menyerahkan tubuhmu pada penghakimanku, kamu harus mati, karena aku tidak mau menjadi pelindung bagi orang sesat.”
Seperti yang terjadi pada mereka yang dinyatakan sesat sebelumnya, John Lambert juga dijatuhi hukuman dibakar sampai mati.
Seakan-akan kematian dengan cara demikian belum cukup menyiksa, sehingga para pengeksekusi raja berulang-ulang kali mengurangi kayu yang terbakar. Dengan cara demikian Lambert menderita rasa sakit yang lebih lama. Namun Tuhan menjaga iman John Lambert, dan saat kedua tangannya terbakar, ia mengangkatnya untuk menyembah dan berkata, “Tidak ada yang lain selain kristus..!!! Tidak ada yang lain selain Kristus..!!!”


Ignatius Murid Rasul Yohanes (Meninggal tahun 111)

April 21, 2008

Nama keluarga Ignatius adalah Theoporus, “Pembawa berita Allah” karena ia sering memberitakan nama Tuhan dan Juruselamat di bibir dan kehidupannya. Ignatius percaya bahwa, “Kehidupan manusia merupakan kematian yang berkelanjutan, kecuali Yesus Kristus hidup didalamnya.” Ia dikenal sering berkata, :Kristus yang disalibkan adalah satu-satunya dan seluruh cintaku.” Meskipun Ignatius menanggung kesengsaraan hebat, ia mendapatkan penghiburan dalam kebenaran Injil : “Karena dunia membenci umat Kristen, maka Allah mencintai mereka.”

Setelah mengetahui bahwa kekaisaran Trajan menaikkan syukur-syukuran kepada para dewa-dewa di Anthiokia dan mempersembahkan pengorbanan besar bagi mereka, Ignatius mencela mereka dengan terang-terangan dalam bait suci. Kaisar dengan sangat marah, mengirimnya ke Roma untuk dihukum.
Selama perjalanan, ia memikirkan gigi binatang buas yang akan merobek-robek dirinya ; namun bukan sebagai hal yang menakutkan, tetapi sebagai keinginan dirinya. Ia menulis kepada jemaat di Roma, “Aku siap menghadapi binatang buas yang siap melahapku sekarang.!! Sekarang aku menjadi murid Kristus. Aku tidak memandang segala sesuatu, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan yang membuat kagum dunia ini. Cukuplah bagiku jika aku ikut ambil bagian dalam Kristus. Biarlah iblis dan orang-orang jahat meyakitiku dengan segala macam sakit dan penyiksaan, dengan api, dengan salib, dengan bertarung melawan binatang buas, dengan tercerai berainya tubuhku ; aku tidak terlalu menghargai semuanya itu, karena aku menikmati Kristus.”

Saat Ignatius dibawa dari senat Roma menuju lubang singa, ia berulang kali mengulangi nama Yesus ketika berbicara dengan orang percaya. Ketika ditanya mengapa ia melakukan hal tersebut, ia menjawab , “Yesus yang kukasihi, Juru Selamatku, tertulis dalam di hatiku, sehingga aku merasa yakin, jika hatiku dibelah dan dipotong-potong nama Yesus akan ditemukan dalam setiap potongan tersebut.”

Banyak orang berkumpul untuk menyaksikan kematian Ignatius. Ia dibawa ketengah-tengah amphitheater. Dengan hati yang berani Ignatius menyampaikan sesuatu kepada mereka ; Aku adalah biji Tuhan. Aku digeretak dengan gigi-gigi binatang buas supaya aku menjadi roti Kristus yang murni, yang bagiku merupakan roti kehidupan.” Segera setelah ia mengatakan hal tersebut. dua ekor singa yang kelaparan dibebaskan dari kandangnya dan merobek dan melahapnya. Meninggalkan sedikit sisa, bahkan hanya sedikit tulangnya yang tersisa. Demikianlah martir Yesus Kristus yang setia ini tertidur dan gembira didalam Tuhan.

Seperti Ignatius, banyak umat Kristen hari ini dinegara terlarang didunia menghadapai binatang buas setiap harinya. Bagi mereka, binatang buas itu seperti orang-orangan sawah yang membunyikan bel makan malam untuk panen jiwa yang sudah matang.
Seperti Ignatius, orang-orang percaya ini melihat kehidupan mereka sebagai “Kematian yang berkelanjutan.” Yang memberikan penghiburan dan harapan dalam kenyataan bahwa, : “Karena dunia membenci umat Kristen, maka Allah mencintai mereka.”


Ruang Bawah Tanah (Pada masa Kerajaan Roma)

April 21, 2008

Pada tahun 162 Masehi, Marcus Alerius Antonius penguasa Kerajaan Roma saat itu, menganiaya orang-orang Kristen begitu hebatnya sehingga memaksa dibangunnya gereja bawah tanah, dan terciptalah ruang bawah tanah Roma “Roma Catacombs”. Hal ini benar-benar dijaga kerahasiaannya selama berabad-abad.
Ruang bawah tanah Roma, ruangan yang cukup luas dengan beberapa kamar dan lorong-lorong yang digali tepat dibawah kota Roma menjadi peringatan akan orang-orang Kristen yang tebunuh sebagai martir selama masa penganiayaan Roma. Dalam enampuluh ruang bawah tanah dekat Roma itu terdapat lorong yang digali sepanjang 6 Mil. Pada setiap sisi dari lorong-lorong itu terdapat deretan barisan memanjang horisontal yang digunakan sebagai tempat membaringkan mayat orang Kristen.


Ada tiga alasan mengapa jaringan bawah tanah yang luas ini begitu signifikan bagi sejarah gereja yang teraniaya :

Pertama, ruang bawah tanah ini menunjukkan bahwa orang Kristen mula-mula melayani Kristus dengan cara mengadakan kebaktian ibadah bawah tanah. Dan hal ini dilakukan untuk menghindari penganiayaan tentara Roma. Dikatakan bahwa kehidupan orang Kristen mula-mula terdiri atas dua hal : doa dibawah tanah, dan penganiayaan diatas tanah.

Kedua, ruang bawah tanah Roma menunjukkan adanya penganiayaan hebat yang diderita orang Kristen mula-mula. Gereja saat itu bertahan dalam sepuluh periode penganiayaan ditangan pemerintahan Roma. Setiap periode ditandai dengan adanya pemerintahan penguasa baru dan lebih buruk dari sebelumnya. Saat kubur martir Kristen tersebut dibuka, sisa-sisa mayat mereka menunjukkan bahwa terdapat penganiayaan yang begitu menakutkan. Kepala-kepala didapati terpisah dari tubuhnya, tulang rusuk dan tulang belikat patah, dan seringkali tulang lainnya menunjukkan adanya tanda-tanda telah dibakar.

Ketiga, meskipun ruang bawah tanah ini menyingkapkan adanya penganiayaan yang hebat yang diderita orang Kristen mula-mula, ruang ini juga menunjukkan kepada kita adanya suka cita dan kedamaian abadi yang dimiliki orang-orang percaya saat itu. Saat mayat dimasukkan dalam tempat kubur yang telah disediakan, bagian depannya disegel, dan diatasnya terdapat tulisan, kebanyakan menyampaikan pesan damai, suka cita, dan kemenangan seperti :

Kemenangan dalam kedamaian dan Kristus.
Telah dipanggil pulang, ia pergi dalam kedamaian.
Disini terbaring Maria, beristirahat dalam mimpi damai.

Selain itu terdapat karya lukisan pahatan dalam ruang bawah tanah yang mengkomunikasikan harapan abadi orang-orang Kristen tersebut. Lukisan-lukisan tersebut menggambarkan Yesus sebagai Gembala yang baik dan menunjukkan kapal-kapal sedang berlayar, yang mungkin melambangkan pertumbuhan Kristen yang mantap.
Tiga alasan yang menunjukkan bahwa ruang bawah tanah begitu berpengaruh dalam sejarah gereja teraniaya itu mewahyukan tema abadi : Saat orang Kristen mengalami penganiayaan, Tuhan memberi kebulatan tekad yang kuat untuk melayani-nya dan anugerah kemuliaan untuk mengalaminya dengan suka cita.